A. Interaksi Sosial
Berdasarkan teori
dari Emile Durkheim tentang dualisme manusia, menyatakan bahwa manusia adalah
makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Istilah manusia sebagai makhluk
sosial atau “homo socialist”
diartikan manusia selalu membutuhkan bantuan manusia lain dan kehidupan
masyarakat di sekelilingnya untuk melangsungkan hidupnya. Materi kali ini kita
akan mempelajari tentang interaksi sosial dan lembaga sosial. Harapannya,
sebagai makhluk sosial yang berada dalam masyarakat kita akan familiar tentang
interaksi yang dilakukan antar manusia serta peran lembaga sosial sebagai
sarana pembangunan dalam masyarakat.
Menurut Macionis, interaksi sosial adalah proses dimana orang-orang
beraksi dan bereaksi satu sama lain dalam suatu relasi atau hubungan.
1. Ciri dan Syarat terjadinya Interaksi Sosial
Perhatikan gambar di bawah ini
Terlihat para siswa yang
mengacungkan tangannya untuk bertanya sesaat setelah guru menjelaskan materi.
Kegiatan ini merupakan contoh dari interaksi sosial dimana terdapat hubungan
timbal balik antara guru sebagai individu dan para murid sebagai kelompok.
Interaksi sosial tidak terbatas pada kondisi di atas, tapi juga antarindividu
maupun antar kelompok. Dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial merupakan
hubungan timbal balik antarindividu, individu dan kelompok, serta antarkelompok
untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat Charles M.
Loamis yang dikutip dari buku (Setiadi, 2015, 65-66) ciri-ciri interaksi sosial
sebagai berikut:
a.
Jumlah pelaku dua orang atau lebih
b.
Adanya komunikasi menggunakan simbol-simbol
c.
Adanya tujuan yang akan dicapai
d.
Adanya dimensi waktu yang meliputi masa lalu,
masa kini, dan masa akan datang.
Berdasarkan ciri-ciri
tersebut dapat disimpulkan tidak semua aktivitas manusia termasuk interaksi
sosial. Aktivitas manusia dikategorikan sebagai interaksi sosial apabila
memenuhi dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi. Interaksi sosial tidak
akan terjadi apabila kedua syarat tersebut tidak terpenuhi.
b. Kontak
Istilah kontak (contact)
berasal dari bahasa Latin, con atau cum yang berarti bersama-sama dan tango yang berarti menyentuh. Secara
harfiah, kontak sosial berarti bersama-sama menyentuh. Terjadinya kontak sosial
tidak hanya bergantung dari tindakan seseorang, tetapi juga berdasarkan
tanggapan (respons) dari orang lain terhadap tindakan tersebut.
Dari bentuknya, kontak sosial dapat dibedakan menjadi
dua, yaitu kontak sosial positif dan kontak sosial negatif (Setiadi, 2015, 74).
1)
Kontak sosial positif, yaitu bentuk hubungan
sosial yang mengarah pada pola-pola kerja sama.
2)
Kontak sosial negatif, yaitu bentuk hubungan
sosial yang mengarah pada pertentangan. Akibatnya, tidak menghasilkan interaksi
sosial.
Berdasarkan cara atau
proses berlangsungnya, kontak sosial dibedakan menjadi kontak sosial primer dan
kontak sosial sekunder:
1)
Kontak sosial primer (langsung), yaitu
komunikator menyampaikan pesan dengan bertatap muka atau bertemu langsung
dengan komunikan, seperti ketika kamu melambaikan tangan ke teman dan temanmu
membalasnya.
2)
Kontak sosial sekunder (tidak langsung), yaitu
komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan melalui pihak perantara ketiga
atau alat komunikasi, seperti ketika kamu bertelepon atau mengirimkan paket
barang melalui jasa pengiriman.
c. Komunikasi
Komunikasi merupakan proses pertukaran
informasi, ide/ gagasan, dan perasaan antara dua orang atau lebih (Setiadi,
2015, 76).
Komunikasi berkaitan dengan aksi antara dua pihak atau lebih
dalam bentuk saling memberikan tafsiran atas pesan yang disampaikan oleh
tiap-tiap pihak. Melalui tafsiran tersebut, seseorang mewujudkan perilaku
sebagai reaksi atas maksud yang ingin disampaikan pihak lain. Dalam komunikasi,
bahasa memiliki peran penting. Melalui bahasa, orang dapat mengetahui
gerak-gerik atau pesan yang disampaikan pihak lain.
Seperti contoh ketika Adi mengajak Yuda
untuk bermain bola basket lalu Yuda menggelengkan kepala, yang berarti
penolakan.
Komunikasi muncul setelah terjadinya kontak sosial.
Komunikasi akan terjadi apabila saat kontak sosial pihak yang bersangkutan
saling menyetujui tujuan yang telah disepakati bersama.
2.
Faktor
Pendorong Interaksi Sosial
a. Simpati
Secara sederhana, simpati artinya tertarik.
Simpati merupakan perasaan tertarik terhadap perilaku atau penampilan orang
lain karena menganggap orang lain tersebut memiliki sesuatu yang menarik.
Selain itu, simpati mengarah pada kekaguman, kesenangan, dan kedekatan.
b. Empati
Empati berasal dari bahasa Yunani, yaitu pathos yang berarti perasaan mendalam (Budiningsih,
2004, 46). Empati merupakan kemampuan seseorang ikut merasakan kondisi orang
lain. Sikap empati perlu dikembangkan agar seseorang memiliki sikap peduli
sosial. Peduli sosial dapat mendorong terciptanya kerukunan dalam masyarakat.
c. Imitasi
Imitasi merupakan kecenderungan meniru
sikap, tindakan, tingkah laku, atau penampilan fisik seseorang secara
berlebihan. Imitasi dapat berdampak positif dan negatif bagi individu/
kelompok.
Apabila sumber imitasi berperilaku baik, maka penirunya
pun akan berlaku baik. Sebaliknya apabila sumber imitasi berperilaku menyimpang
dari nilai dan norma, sikap individu juga akan buruk atau menyimpang. Sebagai
contoh, perilaku anak sekolah yang memukul temannya karena meniru adegan di
sinetron.
d. Identifikasi
Identifikasi merupakan keinginan seseorang
untuk menjadi sama (identik) dengan orang lain. Proses identifikasi didorong
oleh keinginan belajar yang kuat untuk meneladan orang lain, berbeda dengan
imitasi yang bisa kearah menyimpang. Identifikasi melakukan proses peniruan
yang lebih mendalam, sedangkan imitasi hanya sekadar memilih perilaku yang
menarik untuk ditiru.
Biasanya, subjek mengidentifikasi objek yang berada di
lingkungan terdekat subjek indetifikasi, serta telah mengenal dan memahami
orang yang akan diteladan. Oleh karena itu, sikap dan perilaku objek
identifikasi akan lebih mudah terinternalisasi dalam diri subjek identifikasi.
Sebagai contoh, seorang siswa yang mengagumi kepribadian
gurunya yang berwawasan luas. Selanjutnya, peserta didik tersebut meneladan sikap
gurunya dengan ikut berbagai kegiatan positif dan gemar membaca.
e. Sugesti
Sugesti merupakan sikap, pandangan, dan
pendapat orang lain yang diterima tanpa dipikir ulang. Sugesti juga berasal
dari diri sendiri. Sugesti menunjukkan suatu tindakan yang dilakukan tanpa
berpikir panjang. Sugesti dapat dilakukan melalui saran, kritik, dan
tindakan/perilaku. Sugesti biasanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki
pengaruh besar di lingkungan sosialnya.
Sebagai contoh, Pa Adi seorang kepala desa yang memiliki
riwayat penyakit mengonsumsi obat herbal sembuh dari penyakitnya. Kemudian Bu
Sri yang memiliki penyakit sama ikut mengonsumsi obat herbal juga karena yakin
akan sembuh seperti Pa Adi.
f.
Motivasi
Motivasi yaitu dorongan atau keinginan
seseorang melakukan tindakan tertentu. Motivasi bertujuan memberikan dorongan
dan semangat kepada seseorang agar mampu memperbaiki hidup. Motivasi dapat
berasal dari diri sendiri yang didorong keinginan mencapai suatu tujuan, dan
motivasi yang berasal dari orang lain didorong oleh pengaruh orang tersebut.
3.
Bentuk-bentuk
Interaksi Sosial
a. Berdasarkan Sifatnya
1) Proses Sosial Asosiatif
Interaksi berdasarkan sifatnya dibedakan menjadi dua,
yaitu interaksi sosial yang bersifat positif yang dapat mendorong terciptanya
persatuan dalam masyarakat (integrasi sosial) dan interaksi sosial yang
bersifat negatif yang mendorong terjadinya perpecahan dalam masyarakat
(disintegrasi sosial). Interaksi yang mengarah pada persatuan disebut proses
asosiatif. Adapun interaksi sosial yang mengarah pada perpecahan disebut proses
disasosiatif.
a)
Kerja sama merupakan usaha bersama antarindividu
atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Contoh dari kerja sama adalah
kegiatan gotong royong atau kerja bakti. Bentuk-bentuk kerja sama dalam
masyarakat yaitu sebagai berikut (Sulistyowati, 2014, 67).
·
Kerukunan, yaitu upaya menciptakan hidup rukun
melalui kerja sama atas dasar tolong-menolong.
·
Tawar-menawar (bargaining) yaitu proses pertukaran barang dan jasa antara dua
pihak atau lebih.
·
Koalisi (coalition),
yaitu proses penggabungan dua atau lebih kelompok/ organisasi untuk mencapai
tujuan yang sama.
·
Kooptasi (cooptation),
yaitu menyepakati pimpinan baru untuk mengendalikan jalannya organisasi/
kelompok.
·
Patungan (joint
venture), yaitu kerja sama dua perusahaan atau lebih untuk memperoleh
keuntungan dalam bidang ekonomi.
b)
Akomodasi
Akomodasi merupakan proses sosial dalam masyarakat untuk
menyelesaikan perselisihan/ konflik antara dua pihak atau lebih. Akomodasi
bertujuan mengurangi dan mencegah pertentangan antarindividu atau kelompok,
mengembangkan kerja sama, melaksanakan pengendalian sosial, serta menciptakan
keteraturan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Adapun bentuk-bentuk
akomodasi sebagai berikut:
·
Mediasi (mediation),
yaitu penyelesaian perselisihan/ konflik melalui pihak ketiga sebagai
penasihat netral.
·
Kompromi (compromise),
yaitu penyelesaian perselisihan/ konflik melalui jalan damai dengan saling
mengurangi tuntutan.
·
Koersi (coercion),
yaitu bentuk akomodasi yang dilakukan dengan cara paksaan/ tekanan sehingga
salah satu pihak berada dalam keadaan lemah.
·
Arbitrase (arbitration),
yaitu penyelesaian konflik dengan bantuan pihak ketiga atau lembaga arbitrase.
Pihak ketiga berhak memutuskan perkara.
·
Konsiliasi (conciliation),
yaitu penyelesaian perselisihan/ konflik dengan mempertaruhkan keinginan
pihak-pihak yang berselisih.
·
Toleransi, yaitu sikap menghargai perbedaan
pendapat dalam masyarakat.
·
Adjudikasi (adjudication),
yaitu penyelesaian perselisihan/ konflik melalui pengadilan (meja hijau).
·
Stalemate,
yaitu kedua pihak yang berselisih memiliki kekuatan seimbang sehingga
perselisihan/ konflik berhenti pada titik tertentu.
c)
Akulturasi
Akulturasi merupakan penerimaan dan pengolahan
unsur-unsur kebudayaan baru dari luar menjadi bagian kebudayaan suatu
masyarakat. Kebudayaan baru tersebut diterima dan diolah tanpa menghilangkan
ciri khas budaya asli. Adapun faktor penyebab akulturasi sebagai berikut:
·
Tidak ada hambatan geografis
·
Adanya keterbukaan antarbudaya berbeda
·
Terdapat persamaan unsur-unsur kebudayaan
·
Adanya kesiapan pengetahuan dan keterampilan,
serta
·
Kebudayaan baru mengandung kebenaran dan memberi
manfaat
d)
Asimilasi
Asimilasi merupakan peleburan dua kebudayaan berbeda
menjadi kebudayaan tunggal yang diakui milik bersama. Proses asimilasi mengarah
pada hilangnya perbedaan dan mengurangi unsur-unsur perbedaan secara
horizontal. Proses asimilasi dapat muncul apabila:
·
Perbedaan dalam kelompok masyarakat mengharuskan
adanya interaksi sosial secara intensif dalam jangka waktu lama.
·
Terdapat perbedaan budaya antarkelompok dalam
suatu masyarakat
·
Terdapat proses penyesuaian kebudayaan
Adapun faktor
pendorong terjadinya asimilasi antara lain:
·
Interaksi sosial antarkelompok masyarakat
berjalan intensif
·
Adanya sikap terbuka dan toleransi antarkelompok
masyarakat
·
Adanya persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
·
Penerapan system stratifikasi sosial dan
pernikahan amalgamasi (campuran)
e)
Amalgamasi
Amalgamasi adalah perkawinan yang berasal dari dua etnik
atau ras yang berbeda. Perkawinan menghasilkan kebudayaan baru yang merupakan
percampuran dari dua kebudayaan yang berbeda satu sama lain.
2) Proses Sosial Disasosiatif
Proses sosial disasosiatif yaitu bentuk interaksi sosial
yang bersifat negatif mengarah pada perpecahan.
a)
Persaingan atau Kompetisi
Persaingan atau kompetisi adalah usaha
yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk memperoleh tujuan tertentu.
Persaingan dibedakan menjadi dua, yaitu persaingan personal (antar individu)
dan persaingan impersonal (antar kelompok).
Persaingan atau kompetisi memiliki
dampak positif dan negative. Dampak negatif persaingan yaitu melemahnya ikatan
sosial dalam masyarakat (disorganisasi sosial). Disorganisasi ini dapat terjadi
apabila masyarakat tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi
akibat persaingan tersebut. Adapun dampak positif persaingan atau kompetisi
antara lain meningkatkan kualitas seseorang atau kelompok, mendorong masyarakat
secara sehat merealisasi keinginan dan kepentingan, serta menjadi sarana
memperoleh kedudukan sosial.
b)
Kontravensi
Kontravensi merupakan sikap mental yang
tersembunyi terhadap orang lain. Contohnya seperti ketika dalam suatu kelompok
terdapat salah satu anggota yang tidak menyukai kebijakan yang diambil oleh
pemimpinnya. Perasaan tidak menyukai yang tersembunyi tersebut dapat menjadi
sumber terjadinya kontravensi.
Kontravensi juga dapat diartikan sebagai usaha
merintangi atau menggagalkan tercapainya tujuan pihak lain. Kontravensi dapat
dilakukan dengan beberapa cara, yaitu gangguan, fitnah, provokasi, dan
intimidasi.
c)
Pertentangan atau Konflik
Pertentangan atau konflik merupakan
proses sosial yang terjadi ketika seseorang/ kelompok dengan sadar atau tidak
sadar menentang pihak lain.
Konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat memiiki
dampak positif dan negatif. Dampak positif konflik antara lain:
·
Meningkatnya solidaritas antar anggota kelompok
·
Memperjelas aspek kehidupan yang belum tuntas
·
Menyebabkan perubahan norma dalam masyarakat
·
Menciptakan kompromi baru dalam kelompok
Adapun dampak negatif
konflik antara lain:
·
Merusak fasilitas umum
·
Menimbulkan keresahan dalam masyarakat
·
Menyebabkan hancurnya harta benda dan korban
jiwa
b. Berdasarkan Pelakunya
1) Interaksi Sosial antara Individu dan
Individu
Contohnya adalah ketika seorang siswa yang melakukan
konsultasi terhadap seorang siswa.
2) Interaksi Sosial antara Individu dengan
Kelompok
Contohnya adalah seorang guru yang sedang menjelaskan
kepada siswa-siswanya di depan kelas.
3) Interaksi Sosial antara Kelompok dan
Individu
Contohnya ketika beberapa dosen yang sedang mewawancari
seorang mahasiswa dalam kegiatan seleksi penerima beasiswa.
4) Interaksi Sosial antara Kelompok dan
Kelompok
Contohnya adalah pertandingan basket antar dua sekolah.
Comments
Post a Comment